Vanessa-Mae adalah seorang pemain violin yang sangat berbakat yang sudah melalui berbagai macam rangkaian tour panjang dengan jadwal yang sangat padat. Vanessa bisa menggabungkan bakatnya dalam bernyanyi dan bermain music dalam satu konser dengan luar biasa bagusnya selama kurang lebih 3jam. Dalam tur dunia terakhir nya saja, dia tampil di lebih dari 250 kota di 35 negara, Tidak puas dengan tampil di beberapa konser paling terkenal di dunia tempat ini, Vanessa-Mae selalu membawa musik ke tempat-tempat baru dan orang baru.
Dia adalah satu-satunya artis asing yang diundang untuk tampil pada saat penyatuan kembali Hong Kong ke China pada tengah malam pada 30 Juni-1 Juli, membuat terakhir artis non-Cina ini tampil di Hong Kong di bawah pemerintahan Inggris serta yang pertama di bawah kekuasaan Cina.
Dia kembali baru-baru ini untuk tampil di Madison Avenue, mengikuti tur konser yang sukses lebih tempat konser konvensional di antaranya pertunjukan Ground-melanggar di Perancis termasuk konser pertama kalinya dipentaskan pada Trocadero di Paris, dengan Menara Eiffel sebagai latar belakang, dan penampilan tamu di Konferensi G7 untuk 150.000 orang di mana dia akan menampilkan pertunjukan, dengan banyak media pers yang menyorotnya. Dia baru-baru ini menjadi artis internasional pertama yang mengunjungi Township Soweto di Afrika Selatan dengan undangan, dan pertemuan bermain dengan anak-anak dari sebuah sekolah musik lokal.
Keyakinannya teguh dalam memecahkan hambatan dengan musik telah memenangkan audiens yang setia dari segala usia dan ras. Pada tahun 1997 ia memberikan konser pertama kalinya di danau beku terkenal dari St.Moritz, delta-meluncur turun dari 2400m untuk membuat pintu masuk spektakuler. Pada bulan April 1998 dia melakukan sebuah konser eksklusif di Istana Buckingham HM The Queen dan 26 kepala negara dari Eropa dan Asia untuk menandai penutupan Assosiation - Asia-Eropa KTT Pemimpin Dunia.
2. Latar Belakang
Vanessa-Mae dilahirkan dari keluarga Thai, ayahnya (Varaprong Vanakorn, sekarang menjadi biarawan) dan ibunya bernama Pamela Tan. Setelah orang tuanya bercerai, maka ibunya menikah lagi dengan Graham Nicholson (seorang Inggris), kemudian keluarga ini pindah ke Inggris pada waktu Mae berusia 4 tahun, tetapi mereka berpisah beberapa tahun kemudian. Ia dibesarkan di London, dan mendapat pendidikan di Francis Holland School London.
Vanessa-Mae, dilahirkan pada 27 Oktober 1978 di Singapura (kebetulan bersamaan dengan tanggal lahir pemain biola terkenal Niccolò Paganini, yang terpaut 196 tahun yaitu 27 Oktober 1782. Sekadar pengetahuan bagi Anda, Niccolo Paganini adalah seorang komposer dan pemain biola yang terkenal pada era klasik. Virtuoso biola kelahiran Italia ini tidak hanya kebetulan memiliki tanggal lahir yang sama, keduanya juga adalah pemain biola yang sangat berbakat. Niccolo Paganini terkenal dengan kendali pitch dalam memainkan biolanya.
Darimana Vanessa memperoleh kemampuan cepat bermain biola tersebut? Tentu hal ini tidak ada hubungannya dengan tanggal lahir yang sama dengan Paganini karena pengenalan terhadap biola dimulai dari keluarganya sendiri. Sang ibu, Pamele Mae dan ayah tirinya Graham Nicholson lah yang saling mempengaruhi. Bila ibunya menuntut Vanessa belajar piano, maka ayah tirinya akan menantang Vanessa kecil untuk berlatih biola agar bisa bermain dengan sang ayah. Oleh karena itu, anugerah bertanggal lahir yang sama dengan Paganini hanya berbau kebetulan semata.
Kejeniusan Vanessa-Mae dalam bermain biola sudah terlihat sejak kecil. Sejak berusia 3 tahun perempuan bernama lengkap Vanessa-Mae Vanakorn Nicholson ini sudah mulai bermain piano. Bukan hal yang aneh sebenarnya mengingat ibunya Pamela menguasai alat musik tersebut. Ketika Pamela bercerai dari suaminya Vorapong Vanakorn dan menikah dengan seorang pengacara berkebangsaan Inggris, Vanessa turut diboyong ke negara Ratu Elizabeth tersebut.
Bila Vanessa mengenal piano dari sang ibu, pengenalan dengan alat musik biola berawal dari sang ayah tiri, Graham Nicholson. Pria Inggris ini mengajak Vanessa untuk bermain biola agar bisa menemaninya bermain. Oleh karena keluarga Nicholson berasal dari keluarga yang berkecukupan, perempuan yang menyukai coklat ini mendapatkan pendidikan dari sekolah yang berkualitas. Ia bersekolah di sekolah khusus wanita Francis Holland School, belajar privat kepada guru piano Ruth Nye, dan mengikuti pelatihan biola kepada Prof. Lin-Yao-Ji di Conversatoire of China.
Sejak kecil, violinis yang pernah dekat dengan pembalap Jacques Villeneuve ini telah dikontrol oleh sang ibu. Pamela yang bersikap ambisius mengatur semua keperluan dan kegiatan anak perempuannya. “Selama bertahun-tahun saya dikendalikan oleh Ibu,” ujar violinis yang sekarang sedang dekat dengan Lionel Catelan ini. Selain melarang sang anak bepergian tanpa pengawal, sang ibu juga memilih teman-teman dan mengatur keuangannya. Hal yang lebih parah lagi adalah Vanessa bahkan tidak diperbolehkan mengiris roti karena takut anak perempuannya tersebut terluka.
Pada awalnya perempuan yang memelihara empat anjing jenis Tibetian terriers ini mengerti akan keinginan ibunya dalam menentukan hal yang terbaik baginya. Akan tetapi, terbaik buat sang ibu belum tentu terbaik pula buat Vanessa. Sikap paranoid dan kekuasaan ibunya dalam mengontrol kehidupannya, lama-lama membuat Vanessa frustasi. Ekspresi kepasrahan tersebut diungkapkan dalam lagu White Bird yang menceritakan tentang burung yang terperangkap dalam sangkar emas. Tentu tidak butuh seorang psikolog terkenal untuk mengatakan bahwa lagu tersebut mencerminkan keadaan Vanessa yang sebenarnya. “Saya sangat suka lirik ini karena mengandung kebenaran. Hidup saya seperti sebuah sangkar, sebelum saya memutuskan bebas.”
Kekuatan Pamela sebagai ibu dan manager (dikenal juga dengan istilah momager) sebenarnya tidak menyangka rasa sayang yang berlebihan akan mengakibatkan reaksi seperti itu. “Apabila misalnya Vanessa memulai karir pada saat usia 18 tahun, tentu saya tidak akan mendampinginya selalu. Akan tetapi, karena anak saya memulai karir di usia muda, maka saya sebagai ibu lah yang harus melindunginya dari pengaruh buruk,” ujar sang ibu. Untunglah perbedaan pendapat antara ibu dan anak ini tidak menyulut perseteruan yang berkepanjangan. Pamela menyadari bahwa sudah saatnya membiarkan sang anak menentukan apa yang ia mau tanpa ada intervensi dari sang ibu. Ketika kebebasan diberikan, Vanessa langsung mengganti tahun-tahun tersebut dengan bebas berteman, jalan-jalan, dan sesekali melakukan perjalanan berlibur. Perempuan ini bahkan menyewa sebuah flat di daerah Kensington, London dan sesekali saja berkunjung ke rumah sang ibu.
3. Kehidupan
Meski dianggap reinkarnasi Paganini, kelahiran Vanessa sama saja dengan proses kelahiran anak lainnya. Tidak, tentu saja Vanessa tidak langsung memainkan biola ketika ia lahir. Sama seperti orang lain, kemampuannya bermain biola tentu diawali dengan proses pengenalan, pembelajaran, sehingga akhirnya ahli memainkan alat musik berdawai tersebut. Satu hal yang membedakan adalah perempuan ini terlalu cepat ‘menelan’ pengetahuan yang didapatkannya sehingga predikat jenius disandang perempuan yang juga ahli berski ini. Kejeniusan perempuan yang menjadi salah satu wanita tercantik versi People Magazine tahun 1996 ini diakui pula oleh Profesor Felix Andrievsky, guru besar sekolah Royal College of Music. “Ia seperti lahir dengan biola di tangan. Saya pun cemburu melihat betapa mudahnya ia mempelajari komposisi musik klasik yang rumit,” ujar profesor tersebut. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Michael Gough-Matthews. Pria yang pernah menjadi kepala sekolah saat Vanessa menuntut ilmu di Royal College of Music.
Selain itu, pemain biola ini juga dikenal sering memainkan teknik staccato dan pizzicato (menggunakan jemari untuk memainkan biola) dalam permainannya. Melihat kemiripan antara keduanya, banyak yang percaya bahwa Vanessa-Mae sesungguhnya adalah titisan Niccolo Paganini tersebut. Bagi Anda percaya konsep reinkarnasi, boleh saja Anda mempercayai anggapan tersebut. Bila tidak, bukti-bukti prestasi yang ditorehkan Vanessa bisa meyakinkan Anda bahwa perempuan ini akan menjadi virtuoso biola terkenal abad ke-21.
Meski awalnya mempelajari piano dan biola, Vanessa akhirnya memutuskan untuk berkonsentrasi mempelajari biola. Ironisnya, keputusan ini diambil setelah wanita ini memperoleh penghargaan runner-up dari UK Young Pianist of The Year Competition. Untunglah, pilihan yang diambil perempuan ini tidak salah karena Vanessa bergabung dengan London Philharmonic Orchestra pada saat berusia 10 tahun. Penampilannya di Europe’s Schleswig-Holstein Festival mengundang decakan kagum penonton karena saat itu Vanessa yang masih berusia sepuluh tahun telah menjadi solis termuda yang pernah tampil dengan orkestra dan memainkan komposisi karya Mozart. Di tahun yang sama pula, Vanessa diundang untuk bergabung dalam Royal College of Music dan setahun kemudian menjadi satu-satunya siswa termuda yang meraih gelar The Profesional Diploma dari akademi tersebut.
Meski selalu disebut-sebut sebagai anak jenius dalam dunia musik klasik, Vanessa sendiri menganggap keberhasilannya sebagai buah dari kerja keras. “Saat masih muda saya pikir ada sebuah pil yang bisa membuat kita bermain biola dengan baik. Saya sampai memohon kepada Ibu agar dibelikan pil tersebut. Ternyata pil semacam itu tidak ada, yang bisa membuat kita bermain lebih baik adalah kerja keras,” ujar violinis yang pernah dinobatkan sebagai salah satu dari 50 Most Beautiful People versi People Magazine ini.
Loyalitas Vanessa terhadap alat musik biola sendiri adalah karena perempuan ini telah jatuh cinta sejak kecil terhadap alat musik tersebut. Bahkan, bila anak perempuan bermain boneka, maka boneka Vanessa adalah biola. Ketika ia berusia 8 tahun, perempuan ini telah memutuskan untuk menjadikan biola sebagai profesi. “Orangtua saya mengatakan bahwa ada banyak tanggung jawab yang harus dipenuhi bila menjadikan ini sebagai karir, dan itu termasuk kerja keras,” ujar perempuan penyuka film The Jungle Book ini. Oleh sebab itu, proses yang dijalani Vanessa selanjutnya adalah kerja keras dan kedisiplinan. Setiap hari perempuan ini menjalani latihan tidak kurang dari delapan jam sehari. “Saya terbiasa bekerja karena ketika hasil kerja tersebut memuaskan, saat itulah saya merasa senang dan gembira karena telah berhasil melaksanakan misi,” ujar Vanessa.
Mengapa Vanessa-Mae memilih biola? Selain karena telah mempelajarinya sejak kecil, menurut Vanessa, biola adalah alat musik yang paling mirip dengan vokal manusia. “Suara yang dihasilkan biola sangat bervariasi dan ada emosi di dalamnya. Bisa membuat kita ingin menyanyi, menari, dan menangis. Bentuknya juga mirip dengan bentuk tubuh manusia. Itu yang membuat biola menjadi menarik karena suara dan fisiknya mirip sekali dengan manusia.”
Sebagai pemain biola yang disebut-sebut jenius, Vanessa ternyata belum berpuas hati. Vanessa lalu mengeluarkan album musik klasiknya, Violin (1990), Kid’s Classics (1990), serta Tchaikovsky and Beethoven Concertos (1992). Ibunya yang juga bertindak sebagai personal manager mengurus keperluan promosi Vanessa. Tidak butuh waktu lama, Pamela bertemu dengan seorang promotor di dunia musik klasik bernama Mel Bush. Tahun 1994, pemain biola berbakat tersebut dikontrak oleh perusahaan rekaman EMI dan mengeluarkan album The Violin Player. Album yang kental dengan warna tekno, perpaduan musik tradisional dan modern, serta penggunaan biola listrik membuat album ini terdengar lebih pop dibandingkan dengan klasik.
Ketika video klip single Toccata and Fugue disajikan dengan gambar Vanessa mengenakan baju basah dan berlokasi di pantai ternyata mengejutkan banyak orang. Hentakan permainannya yang penuh semangat dianggap para senior musik klasik sebagai langkah ‘memperkosa’ musik klasik. Kritikus menganggap adalah sangat disayangkan membuang bakat besar si violinis jenius ini demi angka penjualan dengan mengumbar promosi yang vulgar. Pihak yang lebih ekstrem bahkan berpendapat bahwa suksesnya album debut Vanessa tersebut hanya karena penampilan semata. Vanessa sendiri punya cara cerdik dalam menyikapi kritik tersebut. “Bila semua orang bisa meraih sukses di musik hanya dengan penampilannya, maka semua supermodel akan bisa membuat album yang menduduki puncak tangga lagu,” ujar violinis yang sering disebut dengan ‘Si Jimi Hendrix dengan biola ini. Hmm, nice argument!
Biola yang pernah/masih dipakai Vanessa adalah :
1. Biola listrik ZETA Jazz Fusion 4 string model JV-44 (white) made in the USA.
Biola ini dilengkap dengan individual string digital output yang memungkinkan penggunaan setiap string secara terpisah. Ted Brewer "Crossbow" electric violin. Biola ini digunakan pada saat produksi album Subject to Change (2001) dan setelah itu menjadi salah satu biola utama dan terlihat dalam setiap penampilannya. Biola ini adalah buatan tangan dan Vanessa memesannya secara khusus.
2. Guadagnini violin, made in 1761.
Biola Guadagnini dibelikan oleh orang tuanya pada lelang seharga £150,000 (Rp. 10 juta). Bila bermain akustik, Vanessa selalu mengenakan biola jenis ini. Orangtuanya membeli biola yang dibuat di Itali pada tahun 1761 tersebut. Meski sempat dicuri dari rumahnya pada tahun 1995, biola ini ditemukan polisi 2 bulan kemudian. Kemudian, biola ini pernah rusak dalam sebuah pertunjukan. Setelah diperbaiki secara tidak terduga biola ini bisa diperbaiki dan kembali seperti sedia kala.
3. Hill violin, made in 1860.
Inilah biola yang pertama kali digunakan oleh Vanessa-Mae.
Meski dibesarkan di Inggris sejak berusia 3 tahun, Vanessa-Mae masih tetap memegang teguh adat ketimurannya. Pemain biola berambut panjang ini bahkan khusus merilis album China Girl yang merefleksikan kecintaannya terhadap budaya Cina. Album ini lahir dari rasa bersalah Vanessa atas ketidaktahuannya tentang budaya Cina. “Saat berumur 15 tahun, kakek saya meninggal dunia sehingga satu-satunya link yang menghubungkan saya dengan Cina telah tiada. Jadi, jalan untuk menuangkannya adalah dengan musik, ujar violinis berbakat ini tentang pembuatan album tersebut. Tidak heran Vanessa memiliki keterikatan yang kuat dengan negara asal ibunya ini. Salah satu perekatnya adalah karena violinis ini pernah berguru kepada Profesor Lin-Yao-Ji di Conversatoire of China di Beijing. Di negara tersebut, Vanessa mendalami biola selama beberapa bulan dan kemudian kembali ke Inggris.
Meski hanya sebentar menikmati udara negara oriental tersebut, adat ketimuran yang selalu dipegang Vanessa membuat penyanyi ini diajak terlibat dalam perhelatan penyerahan Hongkong ke China. Tentu saja hal ini menjadi istimewa karena saat itu Vanessa menjadi satu-satunya orang non-warganegara Cina yang diundang tampil pada acara tersebut. Hubungan personal terhadap tanah oriental tersebut tercermin juga dalam kegiatannya sehari-hari. Satu hal yang mencengangkan adalah kepercayaannya terhadap ritual keberuntungan. Pemain biola ini selalu mencipratkan air di atas panggung sebelum ia tampil serta di beberapa tempat sekelilingnya. Bila tidak ada yang tahu tentang ritual ini, tentu orang akan langsung membersihkan lantai dari cipratan air, bukan? Semoga saja keberuntungan Vanessa-Mae tidak menghilang seiring dengan pembersihan itu.
Pengakuan Vanessa dalam menganut beberapa adat ketimuran ternyata bertolak belakang dengan kehidupan a la Inggris yang dijalaninya. Sebagai wanita cantik dan menarik, ternyata violinis ini telah mengalami first kiss saat ia berusia… 3 tahun! “Saya masih tiga tahun waktu itu dan sekelas dengan Mark di pre-school. Dia memanggilku dengan sebutan little queenie. Saya yakin first kiss saya bersamanya. Definitely!” Wow, pasti berat mempertahankan adat ketimuran dalam lingkungan barat.
Kerja keras sejak kecil membuktikan Vanessa sangat berhasil di dunia musik klasik ini. Sukses ramuan konsep musik klasik yang enak dinikmati di era musik kontemporer ini membuat Vanessa dikenal sebagai perempuan pekerja dan berkemauan keras. Bila dahulu orang memandang sebelah mata terhadap musik minor tersebut, Vanessa sebagai pelopor membuktikan bahwa dengan musik klasik namanya harus di seluruh penjuru dunia. Tidak hanya itu saja, sukses di dunia musik klasik tidak menghentikan hasrat belajar perempuan berkebangsaan Inggris-Thailand ini. Rilis album terbarunya Choreography dibawah perusahaan rekaman Sony Music membuat Vanessa akan memiliki kesibukan terbaru dengan melakukan tur promosi ke seluruh penjuru dunia, termasuk negara Asia tentunya.
Vanessa bereksperimen dengan menyelipkan vokal dalam beberapa komposisi musik yang dimainkan perempuan berambut panjang ini. Tidak tanggung-tanggung, Vanessa belajar vokal kepada Carrie Grant yang juga melatih vokal Will Young, Victoria Beckham, Charlotte Curch, dan Mel C. Selain itu, Vanessa juga sering diundang dalam peragaan busana perancang terkenal. Bahkan, dalam sebuah fashion show karya Jean-Paul Gaultier, perempuan ini tampil sebagai model di catwalk. Prestasinya sebagai atlet ski nasional Thailand membuktikan bahwa kiprah Vanessa masih akan kita nikmati Bila sudah memiliki keinginan serius, perempuan berbintang Scorpio ini pasti akan berusaha mencapainya. “Semoga Tuhan menjauhkan saya dari rasa puas, jika tidak saya tidak akan berkembang,” ujar perempuan penyuka jus jeruk ini. Jadi, bila perjalanan karir Vanessa adalah sebuah film, kita bukannya melihat tulisan the end saat akhir, melainkan.
Pengalaman Memalukan Vanessa
“Dalam suatu pertunjukan di Skandinavia, saya lupa kapan tepatnya… yang pasti saat itu saya tidak mengenakan sepatu berhak tinggi, tetapi sepatu Doc Martins berhak rendah. Saya memutar dengan bertumpu pada satu kaki saat memainkan musik yang kencang. Tapi, oops… saya jatuh. Daripada malu, akhirnya saya melakukan ekspresi sakit seperti yang dilakukan badut saat adegan jatuh. Jadi penonton menyangka itu adalah lelucon dan bagian dari pertunjukan sehingga mereka bertepuk tangan. Sepertinya saya bisa beralih profesi menjadi aktris melihat kemampuan akting saya saat itu,” Vanessa-Mae mengaku sambil menertawakan dirinya sendiri.
Sebagai artis, pebiola Vanessa-Mae Vanakorn-Nicholson dikenal multitalenta. Bakat lukis, tari, ski (sebagai atlet ski nasional Thailand), dan modelling juga dikembangkannya. Vanessa-Mae (VM) reguler melenggak di catwalk berbagai show rumah mode dunia. Yang terakhir, ia membawakan gaun pengantin Jean-Paul Gaultier bulan September kemarin.
Vanessa-Mae mulai belajar piano pada usia 3 tahun dan belajar biola pada usia 5 tahun (umumnya para musisi klasik dunia belajar pada usia 4-6 tahun).
Pada usia muda telah sering muncul di TV London, dan pada usia 13 tahun telah membuat rekaman Koncerto Biola ciptaan Tchaikowski dan Beethoven bersama Orkes Philharmoni (suatu prestasi luar biasa seperti umumnya pemain biola dunia yang muncul pada usia 11-13 tahun dengan memainkan repetoir standar yaitu Conerto Biola ciptaan Tchaikowski atau Beethoven dengan iringan orkes Philharmoni).
Vanessa-Mae muncul secara internasional pada Schleswig-Holstein Musik Festival di Jerman tahun 1988 (pada usia 10 tahun), dan sejak tahun 1988 muncul dengan Orkes Philharmoni di London.
Vanessa-Mae sejak usia remaja ia meninggalkan musik klasik ke musik pop-klasik dengan gaya yang menakjubkan. Ia bermain dalam album Janet Jackson yang berjudul The Velvet Rope di mana bermain biola solo pada lagu "Velvet Rope." Pada tahun 1995 (usia 17 tahun) ia mengeluarkan album pertama musik pop dengan judul The Violin Player.
Pada April 2006 (usia 28), Vanessa-Mae termasuk seniman muda yang kaya menurut daftar Sunday Times Rich List tahun 2006, sekitar £32 juta (Rp. 640 milyar) dari hasil main konser dan penjualan rekaman 10 juta kopi di dunia, sebagai pemain biola wanita termuda.
by Stefanus Ardian

Posting Komentar